Jumat, 24 Juni 2011

Pengembangan Potensi Bahasa Sejak Dini

Bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Bahasa dapat dimaknai sebagai suatu sistem tanda, baik lisan maupun tulisan dan merupakan sistem komunikasi antar manusia. Melalui berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill) dengan orang lain. Penguasaan keterampilan bergaul dalam lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat membangun hubungan sehingga tidak mengherankan bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas.
            Bahasa memungkinkan manusia berfikir secara abstrak di mana objek-objek yang faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol bahasa yang bersifat abstrak. Dengan adanya transformasi ini maka manusia dapat berfikir mengenai satu objek tertentu meskipun objek tersebut secara faktual tidak berada di tempat di mana kegiatan berfikir itu dilakukan. Adanya simbol bahasa yang bersifat abstrak ini memungkinkan manusia untuk untuk memikirkan sesuatu secara berlanjut. Demikian juga bahasa memberikan kemampuan untuk berfikir secara teratur dan sistematis. Transformasi objek faktual menjadi simbol abstrak yang diwujudkan lewat pembendaharaan ini dirangkaikan oleh tata bahasa untuk mengemukakan suatu jalan pemikiran atau ekspresi perasaan.
Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal serta dapat dipelajari secara teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang, demikian juga bahasa merupakan landasan seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami dengan baik . Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih tinggi.
Setiap anak mempunyai perkembangan bahasa lisan yang berbeda-beda karena muatan informasi yang dapat dikumpulkan anak tidak hanya tergantung pada banyaknya dan jenis penglihatan dan pendengaran yang mereka miliki. Namun juga pada cara mereka belajar menggunakan penglihatan dan pendengaran itu. Masing-masing anak belajar memanfaatkan informasi sensorik yang tersedia dengan caranya sendiri. Beberapa anak berinteraksi dengan dunianya terutama dengan sentuhannya, sementara yang lain mungkin lebih bergantung pada penglihatan dan pendengarannya. Bagi kebanyakan anak, kombinasi dari kesemuanya itu akan paling bermanfaat. Bagi anak lainnya, menggunakan pendengaran, penglihatan, dan sentuhan pada saat yang bersamaan terasa membingungkan dan dalam situasi yang berbedaan, mereka mungkin memilih untuk menggantungkan terutama satu indera.
Semua anak tampaknya melalui serangkaian tahap bahasa ketika mereka memperoleh bahasa. Tahap itu dapat berbeda, tetapi urutan tahap pemerolehan bahasa itu tampaknya sama bagi setiap anak. Menurut Aitchison (1984),
Tahap menangis, yakni suatu tahap dimana bayi mengeluarkan tangisan. Tangisan bayi ternyata mempunyai beberapa tipe makan. Sebenarnya tidaklah tepat bila dikatakan bahwa tangisan adalah fase perkembangan bahasa, karena tampaknya tangisan itu merupakan komunikasi yang bersifat instingtif. Hasil penelitian membuktikan bahwa makna tangisan bayi bersifat universal.
Tahap mendengkur, yakni suatu tahap ketika anak itu mulai mengeluarkan bunyi dengkuran seperti dengkur burung merpati. Bunyi seperti itu sering diidentifikasi sebagai mirip dengan vokal, meskipun pengecekan dengan spektogram menunjukkan bunyi dengkuran itu tidak sama dengan vokal orang dewasa.
Tahap meraban, yakni tahap di mana anak itu mulai melatih alat-alat ucapkan dengan mengeluarkan bunyi mama, dada dan sejenisnya. Bunyi-bunyi semacam itu bersifat universal. Artinya gejala semacam itu berlaku bagi setiap anak di dunia, tidak pandang bulu anak itu berbahasa apa dan dari etnis dan bangsa apa anak itu. Pada tahap ini anak juga masih mendengkur di samping meraban.
Tahap pola intonasi, yakni tahap di mana anak itu mulai menirukan pola intonasi orang tuanya.
Tahap tuturan satu kata, yakni tahap di mana anak itu mulai memperoleh empat atau lima kata sampai kurang lebih lima puluh kata. Rata-rata anak memperoleh lima belas kata yang berupa nama orang, binatang atau benda.
Tahap tuturan dua kata, yakni tahap anak memperoleh kata mencapai ratusan jumlahnya. Tahap ini sering disebut sebagai tahap telegrafis karena tuturan anak itu mirip dengan telegram yang sangat singkat, lazimnya dua kata yang sudah merupakan kalimat utuh.
Tahap infeksi kata, yakni tahap anak mulai memperoleh kata-kata turunan dari kata benda atau kata kerja, dan lain-lain dan anak memperoleh kata ulang serta mungkin juga kata majemuk.
Tahap bentuk tanya dan ingkar yaitu tahap di mana anak itu mulai dapat menggunakan bentuk tanya dan bentuk ingkar.
Tahap konstruksi yang jarang atau kompleks yaitu tahap di mana anak itu mulai menggunakan konstruksi yang jarang digunakan atau konstruksi yang kompleks, seperti kalimat majemuk.
Tahap tuturan yang matang, yaitu tahap di mana anak sudah memperoleh tuturan yang lengkap yang mirip atau sama dengan tuturan yang dikuasai oleh orang dewasa. Pada tahap itu, periode kritis sudah lewat dan anak sudah menguasai kaidah tata bahasanya secara relatif sempurna.
Perkembangan bahasa terkait dengan perkembangan kognitif yang berarti faktor intelek/kognisi sangat berpengaruh terhadap perkembangan kemampuan berbahasa. Perkembangan bahasa juga dipengaruhi lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Belajar bahasa yang sebenarnya baru dilakukan oleh anak berusia 6-7 tahun, di saat mulai bersekolah. Jadi, perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat.
Anda bersiap-siap untuk berbicara ketika mereka mulai mengoceh banyak dan mereka benar-benar mencoba untuk membentuk kata. Anda dapat membantu anak Anda mengembangkan lebih cepat pada waktu ini dengan berbicara kepada mereka banyak. Jangan lupa bahwa anak Anda memahami Anda, tapi tidak bisa menanggapi. Ketika Anda berbicara kepada mereka, mereka sedang membangun kosakata menggunakan keterampilan kognitif mereka. Ini adalah tahap yang sangat penting dalam perkembangan bahasa. Juga pada tahap ini mungkin terlalu dini untuk memperkenalkan bahasa baru tetapi jika mereka terpapar dua bahasa yang berbeda pada saat yang sama, mereka dapat mulai berbicara sedikit kemudian.
Kaum Bihellionis dengan hipotesanya menyatakan bahwa lingkungan sangat berpengaruh terhadap perilaku seseorang secara sosiolinguistik, pengaruh tersebut berhubungan dengan perilaku berbahasa. Perilaku berbahasa orang tua dan orang di sekitar anak akan tmapak jelas dalam tutur bahasa anaknya. Fenomena yang menarik untuk diamati pada perbedaan kemampuan berbahasa pada anak dalam usia yang sama.
Anak usia dini memiliki potensi yang luar biasa, terutama dalam bidang bahasa. Saat itu otak tumbuh pesat dan siap diisi dengan berbagai informasi dan pengalaman. Penelitian menunjukkan anak usia dini adalah masa windows of opportunity. Pada masa ini, otak anak bagaikan spons yang dapat menyerap cairan. Agar dapat menyerap, spons tersebut tentunya harus ditempatkan dalam air. Air inilah yang diumpamakan sebagai pengalaman. Di sinilah letak peranan orangtua yang bertugas memberikan pengalaman kepada anak-anak dan mengenalkan mereka pada aktivitas yang diminatinya.
Jika sejak bayi anak sudah distimulasi dengan berbagai rangsangan, otak kecilnya pun akan menyerap. Sebagai contoh, kemampuan bicara anak, jika tidak sering dirangsang, maka anak akan mengalami keterlambatan berbicara. Namun, jika anak intens diajak berbicara, kemampuan verbalnya pun akan terstimulasi dengan baik.
Hasil penelitian tentang perkembangan intelektual anak menunjukkan bahwa pada usia 4 tahun anak sudah mencapai separuh dari kemampuan intelektualnya, dan pada umur 8 tahun akan mencapai 80 %. Setelah umur 8 tahun, kemampuan intelektualnya hanya dapat diubah sebanyak 20%. Selama 4 tahun pertama dari kehidupannya, perkembangan intelektual anak sama banyaknya dengan perkembangan selama 13 tahun berikut.
            Karena itu, menggali dan mengembangkan potensi mereka sejak dini menjadi sangat penting. Banyak ahli yang mengatakan bahwa kapasitas belajar anak yang terbentuk dalam masa ini akan menjadi landasan bagi semua proses belajar pada masa depan. Orang dewasa yang tetap ias belajar dengan mudah umumnya adalah mereka yang dari sejak kecil terbiasa menggunakan otaknya untuk belajar. Mereka yang cabang-cabang otaknya lebih banyak karena sering dipakai belajar sewaktu kecil, ternyata punya respon yang lebih bagus, inisiatif yang lebih cepat, daya tangkap dan ketelitian yang lebih bagus. Selain itu, motivasinya untuk maju juga berbeda.
Keberhasilan suatu pendidikan sering dikaitkan dengan sejauhmana orangtua memahami anak sebagai individu yang unik. Setiap anak memiliki potensi (keahlian) yang berbeda, namun saling melengkapi dan berharga. Potensi yang dimaksud di sini adalah hal-hal spesifik yang apa pada diri anak, yang tampak lebih jika dibandingkan dengan anak seusianya. Selain unik, mereka adalah tetap anak-anak, yang masih terus tumbuh dan berkembang. Anak-anak pada dasarnya kreatif. Mereka mempunyai rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya, dan memiliki imajinasi yang tinggi. Pengalaman konkret adalah yang dibutuhkan anak dalam usia ini. Untuk itu, sejak dalam kandungan, ibu dapat melakukan berbagai hal yang dapat menstimulasi perkembangan otak bayi. Di antaranya dengan membacakan cerita, ayat-ayat al-Quran atau sekadar mengajak bayi mengobrol. Penelitian menunjukkan otak bayi dalam kandungan dapat merespons kondisi di luar; telinga bayi tersebut dapat mendegar apa yang ibu ucapkan.
Munculnya potensi (kemampuan) anak memang bergantung pada rangsangan yang diberikan orangtua. Karena itu, wajib bagi orangtua untuk menggali sekaligus mengembangkan potensi anak sejak dini. Makin dini anak menerima stimulasi akan makin baik. Lalu apa yang semestinya dilakukan orangtua untuk menggali dan mengembangkan potensi anak usia dini?
Pembelajaran dan pelatihan bahasa pada masa kini menggunakan pendekatan mengajar sambil bermain atau bermain sambil belajar. Pakar pendidikan anak seperti Freobel, Dewey, Montessori menganjurkan pendekatan bermain sebagai salah satu cara yang efektif dalam rangka mengembangkan potensi anak, termasuk dalam hal ini mengembangkan kemampuan bahasa.
Bentuk-bentuk Permainan Bahasa yang dapat dilakukan guru atau orang tua untuk mengembangkan bahasa pada anak antara lain :
1.    Permainan ”Tebak Kreatif”
Permainan ini dimaksudkan untuk menambah perbendaharaan kata anak dan pengucapan kata. Guru/Orangtua meminta anak menjawab suatu benda atau obyek dengan terlebih dahulu menyebutkan ciri, identitas dan karakteristiknya. Benda atau obyek yang dimaksud dapat disesuaikan denga tema yang berhubungan dengan KBM. Untuk membuat penasaran anak, guru menyebut ciri-ciri umum dulu kemudian ciri-ciri khusus.
Misal : Aku seekor binatang, tubuhku besar, hidungku panjang, telingaku lebar. Binatang apakah aku ? Tempo pada akhir ciri dan identitas obyek dipercepat untuk memancing reaksi spontan dalam menjawab.
2.    Permainan ”Tebak Kata”
Permainan ini untuk mengembangkan kosa kata dan pengucapan kata anak. Anak-anak diminta menebak benda atau obyek yang disepakati diawali dengan huruf awal dari benda tersebut.
Misal : Guru bertanya : Nama buah apa yang dimulai dengan huruf a, anak menjawab bergantian sambil bertepuk bersama, anak yang tidak dapat menjawab dinyatakan kalah dalam permainan. Permainan ini dapat disesuaikan dengan tema.


3.    Permainan Bisik Berantai
Permainan ini bertujuan mengembangkan kemampuan mendengar atau menyimak. Permainan ini dapat dilombakan menjadi beberapa kelomppok anak. Setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 7 anak. Anak berbaris berbanjar. Guru membisikkan 3-4 kata yang sesuai dengan tema. Kemudian anak tesebut membisikkan pada anak berikutnya. Anak yang terakhir mengucapkan dengan keras. Jika benar dinyatakan menang, jika salah dinyatakan kalah. Kata-kata yang dibisikan, sebaiknya mengandung pesan baik.
4.    Permainan ”Kita Satu kata”
Permanen ini mengembangkan kemampuan membaca anak, guru atau orang tua menyiapkan kepingan suku kata dengan ukuran ..... untuk memudahkan anak untuk mengenal dan menghafal kata tertentu dapat dibantu menggunakan warna atau bentuk yang sama pada setiap kata. Masing- masing untuk memegang satu suku kata lainnya.
Dua anak yang paling cepat membentuk kata dinyatakan
 pemenang.
5.    Permanen ” Baca Tepuk / Jentik / Pegang.
Permainan ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan membaca anak. Anak diminta membaca suku kata sambil bertepuk, menjentik, pegangan sesuai dengan jumlah bunyi suku kata, dilakukan secara bertahap.
Misal :
Dengan tepukan Kombinasi
a = prok a a bu = prok prok tuk
a a = prok prok a bu = prok tuk
Dengan jentikan
bu = tik dll.
bu bu = tik tik
6.    Permainan ”Baca Lompat”
Permainan ini juga dalam rangka mengembangkan kemampuan membaca anak. Prinsipnya sama dengan tepuk / jentik / pegang, hanya aktivitas dilakukan dengan kegiatan melompat. Media yang digunakan adalah bunyi kepingan suku kata, atau dapat menggunakan media permainan ”kita satu suku kata”. Keping diletakkan di lantai dan setiap kali anak melompat dan menginjak keping, saat itu mengucapkan bunyi suku kata
7.    Permainan ”Berpisah untuk Bersatu”
Permainan ini juga mengembangkan kemampuan membaca anak. Guru menyiapkan gambar yang sesuai dengan tulisan (sesuai tema) dan meyiapkan kepingan suku kata juga menyediakan pot-pot bunga dengan ukuran besar dan kecil.
Gambar dengan tulisannya direkatkan pada kertas ariston, kemudian ditempatkan pada kayu, kepingan suku kata ditempelkan pada sedotan. Permainan ini dilaksanakan dengan cara kempetisi, dapat dilaksanakan secara indivisu, maupun kelompok.
Gambar dengan tulisan yang ditempel pada sedotan, ditancapkan pada pot besar sedangkan kepingan suku kata diletakkan di atas meja. Anak memindah dan mencocokkan sesuai gambar dan tulisan dengan cara ditancapkan pada pot-pot kecil yang berada di depan pot besar. Permainan ini dapat dilakukan ulang dengan gambar yang berbeda.
Ada juga cara-cara lain yang bisa dilakukan untuk mengembangkan potensi bahasa pada anak, cara-cara tersebut  dilakukan secara terus-menerus dan konsisten, maka anak akan termotivasi untuk terus mengembangkan kemampuannya berbahasa dan berkomunikasi dengan baik. Inilah beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua saat berkomunikasi dengan batita:
1.    Gunakan kalimat dan kata yang tidak bermakna ganda.
Contoh, “Jangan ke sana, bahaya!” Ingat, ke sana itu bisa berarti ke luar rumah, ke tempat cucian, ke dapur, dan ke banyak tempat lainnya. Lebih baik, katakan, “Jangan ke dekat kompor menyala, bahaya!”
2.    Gunakan selalu kalimat pendek.
3.    Hindari kata-kata kotor dan kasar jika tak ingin anak menirunya.
4.    Karena anak masih belajar, orangtua sebaiknya melantunkan bahasa dengan jelas, tidak cepat-cepat dan dengan gerak mulut (bibir dan lidah) yang tegas sehingga mudah dikenali dan diikuti anak.
5.    Jika menemukan kesalahan pada kata/kalimat dalam bahasa anak, segera betulkan dengan cara mengulang ucapannya secara benar.
Dengan latihan,bimbingan, dan belajar bahasa terus menerus dan disiplin, anak akan lebih cepat memahami bahasa dan memperbanyak kosakata.Oleh karena itu, Pendidik perlu menerapkan ide-ide yang dimilikinya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak, memberikan contoh penggunaan bahasa dengan benar, menstimulasi perkembangan bahasa anak dengan berkomunikasi secara aktif. Anak terus perlu dilatih untuk berpikir dan menyelesaikan masalah melalui bahasa yang dimilikinya. Kegiatan nyata yang diperkuat dengan komunikasi akan terus meningkatkan kemampuan bahasa anak. Lebih daripada itu, anak harus ditempatkan di posisi yang terutama, sebagai pusat pembelajaran yang perlu dikembangkan potensinya. Anak belajar bahasa perlu menggunakan berbagai strategi misalnya dengan permainan-permainan yang bertujuan mengembangkan bahasa anak dan penggunaan media-media yang beragam yang mendukung pembelajaran bahasa. Anak akan mendapatkan pengalaman bermakna dalam meningkatkan kemampuan berbahasa dimana pembelajaran yang menyenangkan akan menjadi bagian dalam hidup anak.



DAFTAR PUSTAKA

Subyantoro. 2009. Pelangi Pembelajaran Bahasa: Tinjauan Semata Burung Psikolinguistik. Semarang: Universitas Negeri Semarang Press.

Godam64. Definisi/Pengertian Bahasa, Ragam dan Fungsi Bahasa - Pelajaran Bahasa Indonesia. http://organisasi.org. Diunduh pada 25 April 2008
Nisa. Kiat Memicu Potensi Anak. http:// www.okezone.com. Diunduh pada 16 Mei 2008.
Amelia. Perkembangan Bahasa Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. http://ameliasukabumi.blogspot.com. Diunduh pada 24 November 2008
Pane, Eli Tohonan Tua. Implementasi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Diunduh pada  30 Januari  2009.
Serly, Duli. Hakikat Bahasa. http://www.duser.com. Diunduh pada 12 Oktober 2009
Syarif. Mengembangkan Potensi Kecerdasan Bahasa
Anak Melalui Bermain
. http://www.gurubagus.co.cc. Diunduh pada 28 Desember 2009
Tahrir, Hizbut. Mengembangkan Potensi Anak Usia Dini. http://hizbut-tahrir.or.id. Diunduh pada 9 Maret 2010

Nurhidayati, Isnaini. Pengertian Dan Hakikat Bahasa. http://pbsindonesia.fkip-uninus.org. Diunduh pada 30 Maret 2010

Admin. Mengajarkan Kata dan Bahasa Pada Anak Batita. http://www.sahabatwanita.com. Diunduh pada 30 Maret 2010  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar